Selasa, 06 Maret 2012

SEJARAH BATIK KUDUS



BATIK Kudus mulai mencuri ­perhatian masyarakat beberapa tahun belakangan. Diakuinya batik oleh UNESCO sebagai warisan dunia mendorong kebangkitan Batik Kudus yang sempat punah antara tahun 1980-2000. Tren busana batik merambah lintas usia dan acara.

Saat ini, Kudus memang lebih terkenal sisi industrinya dengan pabrik keretek. Sebelum itu, batik sempat menjadi usaha massal warga Kudus, khususnya terkenal di bagian Kudus Kulon. Tetapi, pada kenyataannya, sentra batik saat itu menyebar di berbagai wilayah, seperti di Tanjung Karang, Dawe, dan Gebog.
Dari sejumlah literatur menyebutkan, batik Kudus mulai lahir pada abad 17, kemudian populer dalam rentang waktu 1880 sampai 1940. Setelah itu sangat jarang ditemui. Pembatik yang terkenal era itu di Kudus adalah GS Liem, TS Ing dan Pho An Nyo (The Journey: Batik Pesisir from Semarang, Kendal, Demak, & Kudus, Leneke F Priyo, 2009). Batik Kudus tersalip oleh daerah lain, seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta, karena persaingan lokal yang sangat ketat antara pengusaha batik pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa. Beberapa dari pengusaha pribumi tersebut akhirnya beralih ke berbagai jenis usaha lain, termasuk industri keretek. Ini terjadi antara tahun 1870-1880 (Keretek, Kajian Ekonomi & Budaya 4 Kota, 2010, Roes Topatimasang, dkk).

Wajar jika rentang waktu sekitar 20 tahun Batik Kudus seperti tak ada. Bahkan banyak orang tak yakin Kudus punya tradisi batik. Hanya generasi tua dan pecinta batik yang mengetehui sejarah Batik Kudus. Kekosongan sejarah membuat pengrajin batik, seperti Yuli Astuti, yang baru menekuni sekitar lima tahun ini berusaha keras meyakinkan calon pembeli tentang sejarah motif batik beserta filosifinya. “Kadang saya mereka-reka dan membuat logis filosofi dari motif batik yang belum saya ketahui,” keluh pemilik merek dagang Muria Batik Kudus, Kamis (24/3), ditemui Suara Merdeka di rumahnya.

Dorongan PemkabBatik Kudus hidup kembali, salah satunya, setelah Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Kudus membuat pelatihan membatik pada tahun 2007 yang diikuti 20 orang. Pada tahun 2010 dilakukan pelatihan lanjutan. “Dari 20 orang, hanya beberapa saja yang berhasil,” kata Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Kudus, Abdul Hamid, didampingi Kasi Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka (ILMEA) Nur Jaman.

Dinas juga memberikan bantuan sejumlah peralatan untuk membuat batik dari teknik cap sebanyak 10 buah. “Kami juga memfasilitasi berbagai pameran batik tingkat nasional dan kontak dagang di berbagai daerah,” tambah Bambang TW, Kasi Pengembangan SDM dan Teknologi pada Dinas Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM. Tahun 2010 saja, ada tiga pameran yang difasilitasi, yakni di Jakarta, Bali, dan Makassar. Untuk tahun ini, akan ada tiga event pameran juga.

Soal permodalan, pengrajin batik bisa mengakses dana bergulir maksimal Rp 10 juta dengan bunga 6 persen. “Batik Kudus baru muncul sehingga fokus Pemkab belum penuh ke sana,” ujarnya.

Di lain pihak, pengrajin batik merasa dorongan Pemkab belum penuh. Celah surat keputusan pemakaian seragam bagi PNS di dua hari dalam seminggu, dilihat potensial. Pa­salnya, selain diwajibkan menggunakan seragam berupa bordir Kudus, juga diharuskan memakai batik. “Sayangnya, tak disebutkan jelas baju batik merujuk Batik Kudus,” kata Yuli.

Padahal jika disebut, secara otomatis Batik Kudus akan terangkat karena dibutuhkan oleh pegawai. “Kami bisa saja memproduksi banyak Batik Kudus, tetapi apa ada yang membeli, kami butuh jaminan,” ujar Ummu Asyiati, pemilik merek Batik Alfa ini. Kekhawatirannya berdasar karena selama ini pangsa pasar masih berkutat di Kudus. Jarang pemesan dari luar Kudus. Hanya saja pengrajin banyak diuntungkan dari Dinas dan lembaga yang ingin membuat seragam dengan Batik Kudus. Karena sekali memesan bisa mencapai ratusan. Terkadang dengan motif eksklusif. Pihaknya berharap besar kejelasan peraturan dalam surat keputusan bisa direvisi agar mengangkat khazanah Kudus yang sempat mati.

Masa DepanSaat ini jenis pakaian yang menjadi ikon di Kudus adalah bordir. Batik belum menjadi prioritas. Namun, di masa mendatang, Ummu optimis Batik Kudus bisa menjadi ikon. Selain karena prospek pemasaran cerah, Batik Kudus diminati pada kekhasan motifnya yang mengangat sejarah dan budaya Kudus. “Saat pameran di Jakarta tahun lalu, banyak pengunjung dan pejabat mendatangi stand saya, mereka tertarik karena beda dari yang lain dan punyai nilai filosofi,” kata Yuli.

Batik Kudus kualitas standar dijual dengan harga antara Rp 100 - Rp 300 ribu perlembar dengan panjang sekitar 2 m dan lebar 1,5 m. Di atas angka itu, bisa mencapai Rp 10 juta, biasanya merupakan pesanan dengan motif khas Kudus yang asli.

Setiap bulan, Yuli, dalam masa stabil, bisa memproduksi sekitar 50 buah batik tulis dan batik cap. Sementara Ummu sebulan mampu memproduksi 500 buah batik cap, untuk batik tulis tidak banyak, menyesuaikan peluang dan permintaan.
Untuk meningkatkan omzet, mereka melakukan kreasi dengan motif baru atau mendesain ulang (repro) motif asli batik Kudus.

Karyawan Ummu saat ini sekitar 20 orang, sementara Yuli baru sekitar 10 orang. Keduanya memulai belajar batik pada waktu hampir bersamaan, dan menghabiskan uang puluhan juta rupiah untuk belajar batik di berbagai daerah dan komunitas. Sayangnya, keduanya banyak menjumpai pegawai muda yang enggan bekerja menjadi pembatik tulis. “Dari 10 pegawai, hanya dua yang bisa netes (bisa membatik),” tukas Ummu.

Ia menyadari ini, dan peluang kerja sebagai buruh rokok, penjahit, dan bordir kerap menjadi pilihan banyak pegawai, karena sifatnya yang mudah. “Kendala terpenting adalah SDM,” tukasnya. Saat belajar membatik, baik Yuli maupun Ummu, sama-sama berguru kepada Niamah. Seorang pembatik Kudus yang sudah berumur 74 tahun, dan saat ini sudah mulai redup aktivitas membatiknya. Dari Niamah, motif-motif batik Kudus dipelajarinya. “Bu Niamah kaget ketika saya bisa membatik,” ujar Ummu.

Kendala lain adalah naiknya sejumlah bahan dasar batik, berupa kain, malam, dan zat pewarna. Kenaikan paling tajam pada kain hingga 100 persen, di susul malam sebesar 40 persen, dan zat pewarna sekitar 30 persen. “Untuk menaikkan harga kami tak berani main-main, karena menyangkut konsumen. Apalagi batik Kudus sedang berkembang,” ujar Ummu.

Ummu dan Yuli berharap suatu saat Batik Kudus menjadi muatan lokal di seluruh sekolah di Kudus agar ada pengenalan dan promosi. Mengingat jumlah pengrajin sangat sedikit. Di sanggar Yuli mulai berdatangan anak-anak dan pelajar yang mengenal batik, mahasiswa yang meneliti untuk bahan skripsi.
Dengan harapan batik Kudus semakin dikenal tidak hanya orang luar Kudus, tetapi warga Kudus sendiri yang sempat kehilangan warisan sejarahnya.

SEJARAH BATIK JEPARA

Seni batik di Jepara Kartini telah ada sejak zaman tersebut. Sudah ada lebih dari satu abad era batik Jepara dihapuskan.

"Batik lama sampai sekarang masih dilakukan oleh ibu. Oleh karena itu tidak bisa salah jika kesenian batik ini lebih dekat dengan ibu," katanya.
New motif

Eyangnya batik warisan ada dalam bentuk bunga magnolia, satu pohon di gazebo belakang Kabupaten Jepara. Motif lain adalahParang Gondosuli, dan motif SRIKATON.

Ini gaya Mataraman motif terakhir, tapi berbeda dengan di Solo dan Yogyakarta lebih terkenal dengan istilah Srigunung. SekarangSuyanti dengan paguyubannya sudah membuat setidaknya selusinmotif baru. "Kami ingin bersama masyarakat Jeparamenghidupkan kembali batik yang sejarahnya hilang," katanya.

Larasati Suliantoro menjelaskan, perlunya landasan permanenkeseriusan batik yang telah menjadi salah satu kekhasanIndonesia. Diyakini, batik masih akan diterima oleh masyarakat.

Hari ini perlu diperhatikan adalah membina generasi penerus yangmemiliki perhatian pada batik. "Butuh bantuan dari batik senior untuk generasi berikutnya," katanya.

Bupati Jepara Hendro Martojo mengungkapkan, advokasidilakukan oleh pemerintah kabupaten dicari pendaftaran hak cipta untuk karya-karya batik khas Jepara. Hal ini juga memperluaspengenalan batik, terutama di kalangan siswa di sekolah khususuntuk memberikan perhatian pada seni batik.

Ia mengungkapkan, buku tersebut sudah diterjemahkan kerjaRouffoer, Seni yaitu Batik dan sejarah di Hindia Belanda. Dalam buku disebutkan, RA Kartini telah mengirimkan hadiah ke Belandadalam bentuk kain batik khas Jepara.

SEJARAH BATIK PEKALONGAN

BATIK Pekalongan telah ada sejak sekitar 1800. Namun,perkembangan baru yang signifikan terjadi setelah Perang Jawa, atau juga disebut Perang Jawa (1825-1830) di Kerajaan Mataram.Pekalongan pertemuan publik dengan Arab, Cina, Belanda, India, Melayu, dan Jepang di masa lalu memiliki batik berwarna di Pekalongan harta, baik motif tat atau warna.

Jlamprang batik terinspirasi dari India dan Arab. Batik danKlengenan dipengaruhi Encim dari peranakan Cina. Pagi Sorebatik terinspirasi dari Hokokai Batik Belanda dan Jepang yang diilhami.

Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup menggunakanpewarna malam (lilin) pada kain, tidak bebas dari pengaruhnegara-negara ini. Pengembangan pengusaha batik Pekalongantidak sepenuhnya dikontrol oleh modal besar, tetapi bergantung pada ratusan usaha kecil dan hampir semua dilakukan di rumah.Dengan demikian, Batik Pekalongan erat terintegrasi dengankehidupan masyarakat.

Pekalongan adalah kota yang paling dinamis dalam mengembangkan batik, batik telah menjadi nafas karena wargaPekalongan kehidupan sehari-hari. Pekalongan adalah industribatik terbesar di Indonesia dan sudah selayaknya bahwa kota itudijuluki sebagai Batik.

SEJARAH BATIK SOLO DAN JOGJA

Sedang menyebar terutama di Jawa, sekitar 17, 18, 19. Century.Untuk pertama kalinya, ia baru saja menjabat sebagai hobi untukpuri keluarga. Selanjutnya, ia digunakan sebagai komoditiperdagangan di masyarakat. Batik Solo terkenal dengan desain tradisional dan pola, terutama untuk proses cap dan tulisan tangan.Untuk pewarna, bahan yang digunakan masih menggunakanproduk dalam negeri seperti soga Jawa - ia telah dikenal untuk waktu penggunaan panjang pola adalah "Sidomukti dan Sidoluruh".

Mengenai asal produksi batik di Yogyakarta, telah dikenal sejakPertama Kerajaan Mataram, yang diperintah oleh PanembahanSenopati. Yang pertama telah dilaksanakan di desa Plered - hanya untuk puri keluarga kedua, itu menyebar ke para pelayanpengadilan dan pasukan. Pada upacara resmi, anggota keluarga kerajaan yang mengenakan kombinasi batik dan lurik. Dengan demikian, mereka yang tertarik pada apa yang mereka kenakandan kemudian ditiru mereka. Inilah sebabnya mengapa batik akan turun ke bumi.

Perang antara dua kerajaan dan masa lalu kolonial Belanda, menyebabkan puri keluarga berlindung dan tinggal di daerah baru seperti Banyumas, Pekalongan, Roxburgh Timur, Tulungagung dll dan mereka diajarkan batik bagi banyak orang. Akibatnya, batikdikenal di daerah ini, di awal abad 18.

Perjuangan Diponegoro melawan Belanda telah memaksa dia dan keluarganya untuk meninggalkan istana. Mereka kemudianmenyebar ke Timur dan Barat. Di wilayah ini, mereka disajikanbatik. Di Timur, batik Solo dan Yogyakarta telah menyempurnakan desain batik Mojokerto dan Tulungagung. Hal ini juga tersebar di Gresik, Surabaya dan Madura. Sementara itu, di wilayah barat, yang dikenal pembatikan di Banyumas, Pekalongan, Tegal danCirebon.

MOTIF BATIK DAN KESAN BAGI PENGGUNANYA

Batik adalah warisan budaya Indonesia yang memiliki berbagai warna, pola, dan motif. Kaum muda Anda tahu bahwa ternyata batik memiliki filosofi sendiri untuk kesan pemakainya. Telah melakukan penelitian dan Eneagram psikologi diterapkan, manusia memiliki karakter yang dapat dikategorikan, dan penelitian tentang batik dan bertujuan untuk membuat karakter ini untuk rekomendasi klasifikasi karakter yang penggemar batik motif dapat lebih mudah menentukan motif sesuai dengan karakternya. Ingin tahu apa filosofi motif batik dan pola? Batik berikut penjelasan motif, filsafat dan tayangan atau tayangan yang dihasilkan dari batik batik ini.

  • Berulang Motif Kotak
Filosofi dari motif ini bervariasi tergantung pada ornamen lain yang ada dengan motif ini, tetapi filosofi motif ini sendiri adalah kebijaksanaan, kedamaian, dan panduan. kesan yang ditimbulkan
  • pengguna motif ini adalah matang dan tenangMotif Kawung
Motif ini memiliki filosofi memberi harapan. kebijaksanaan dan memandu pengguna kesan yang timbul dari motif ini adalah hangat, tenang dan dewasa.

  • Motif Parang Lereng
Motif ini menunjukkan perubahan dalam filsafat dan dinamis juga surplus. Kesan pengguna untuk motif ini adalah dinamis dan maskulin.

  • Asli Motif Meru, Garuda
Motif ini memiliki filosofi untuk mempertahankan dan menunjukkan kebijaksanaan. Jika seseorang mengenakan batik akan memberi kesan klasik dan orang dewasa.

  • Motif kombinasi Hewan dan Tanaman
Filsafat dati motif ini mengharapkan kekayaan, kehidupan, keberuntungan dan kesuburan. Kesan yang ditimbulkan dari motif ini adalah alami dan klasik.

  • Fire Dragon Motif
Motif ini memiliki filosofi yang satu pertunjukan kelebihan, keberanian, sihir, ketangguhan. Kesan pemakainya adalah maskulin dan berani.

  • Motif Buketan
Motif buketan memiliki filosofi untuk mengekspresikan kecantikan.Kesan motif ini adalah feminin.

  • Motif modang Lokcan
Tidak diketahui pasti apa filosofi motif ini, tetapi motif ini Elegan dan mulia kesan.

Nah anak muda mari kita mulai mencintai batik dan motif batik silakan pilih yang ingin membuat Anda memiliki kesan yang berbeda

Senin, 05 Maret 2012

JENIS BATIK

* Menurut Teknik

  • Batik tulis adalah kain dihias Yang Mencari Google Artikel teksturDan corak batik menggunakan Tangan. Pembuatan batik JENISSuami memakan Terbalik kurang lebih 2-3 Bulan.
  • Batik cap adalah kain dihias Yang Mencari Google Artikel teksturDan corak batik dibentuk Yang Mencari Google Artikel topi (biasanya terbuat bahasa Dari Tembaga). Proses pengambilanPembuatan batik JENIS inisial membutuhkan Terbalik kurang lebih2-3 HARI.
  • Batik lukis adalah proses pengambilan Pembuatan batik Mencari Google Artikel Cara Langsung melukis PADA kain putih.

SALAH SATU CARA MEMBUAT BATIK

Batik ini awalnya dibuat pada material dengan kain katun putih yang disebut. Saat ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera,poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif dibentuk oleh cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motifhalus, atau kuas untuk motif yang besar, sehingga cairan lilinmeresap ke dalam serat kain.


(cara membuat batik)

Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulaidari warna-warna cahaya. Pencelupan kemudian dilakukan untukmotif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa waktu proses pewarnaan, kain yang dibatik dicelupkan ke dalambahan kimia untuk melarutkan lilin.